Menunggu…Bisa Aku atau Dia Yang Beruntung
Bismillah…
Menunggu merupakan suatu cara di antara proses untuk menjadi lebih baik lagi dikemudian hari.
Memang tidak ada yang suka utk ‘menunggu’.
Karena menunggu sering kali diasosiasikan sebagian orang dengan ketidakpastian, membosankan,dan membuat jiwa tidak tenang.
Dan terkumpul padanya rasa takut harap dan cemas.
Lihatlah teladan kita dalam menunggu…
– Nabi Nuh, untuk selamat dari cacian dan hinaan kaumnya,harus menunggu sampai kapal yang di buatnya itu selesai
– Nabi Ayyub, harus menunggu selama kurang lebih 18 tahun, barulah Allah beri ia kesembuhan dari sakitnya.
– Nabi Musa harus menunggu beberapa saat, sebelum bisa bertemu dengan Allah di bukit thur
– Nabi Yusuf, untuk menjadi seorang Mentri, harus menunggu beberapa waktu di dalam penjara
– Rosulullah harus menunggu beberapa tahun, baru bisa memasuki dan mengambil kota Mekkah kembali
– Khodijah, harus menunggu beberapa saat, untuk mendapatkan Muhammad bin Abdillah, sang Rasul terbaik.
Dalam menunggu,
Selain kesabaran dan iman, kita juga harus berusaha dan berdo’a.
Karena menunggu itu adalah perkara berat, jika tidak disertai keimanan yang kuat kepada Allah, dzat yang segala sesuatu berada di tangan-Nya.
Perlu diingat,
Sesuatu yang kita tunggu, memiliki 2 kemungkinan…
1. Bisa jadi apa yang kita tunggu itu, akan datang terwujud, dan berakhir dengan kebahagiaan seperti contoh diatas.
2. Bisa juga, apa yang kita tunggu, gagal dan mengecewakan kita, bahkan ada yang sampai membuat kita futur…kufur, stres hingga mengakhiri hidup.
Maka yang perlu diingat,
✓ Bukan lah siapa / apa yang kita tunggu… melainkan pantas kah dia untuk kita tunggu…?
✓ Apakah Allah ridho jika kita tetap menunggu diri-nya ?
✓ Persiapkan mental kejiwaan, terhadap kemungkinan hasil akhir dari penantian kita.
Ingat…menunggu adalah sebuah proses
terhadap suatu hasil.
Mungkin kita lelah, menunggu orang tua kita agar mendapat hidayah,
Mungkin kita lelah menunggu pasangan kita agar segera berhijrah
Mungkin juga kita telah di buat lelah, karena tak kunjung mendapatkan tambatan hidup…
Ingatlah,
Semua butuh waktu untuk berproses…
Sebagai mana Allah dengan se – begitu nya menunggu kita untuk berhijrah menuju jalan ke-ridhoan-Nya.
# Sabar menunggu diri mu
– Tunggulah dia dengan benar, sesuai koridor syariat
– Jangan menginginkan hasil instan, karena keterburu-buruan akan membuka peluang pintu dosa.
– jangan lupa, dalam menunggu itu terkadang ada sedih dan air mata.
Wallahu a’lam bishshowab.
_____
Mengapa Pernikahan Disebut Mitsaqan Ghalizhon Dalam Al-Qur’an ?
بسم الله الرحمن الرحيم
Allah tidak menyebut pernikahan sebagai akad (‘aqdan),
akan tetapi sebagai perjanjian (mitsaaq), yang disifatkan sebagai perjanjian yang sangat kuat (Mitsaqan Ghalizon).
Penggunaan kata tersebut tidak pernah dipakai dalam bentuk kegiatan apa pun selain pernikahan.
Berikut surat yang menyebutkan bahwa pernikahan adalah perjanjian kuat,
pada QS. An-Nisa’ : ayat 21,
وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا .
… Dan mereka (istri-istrimu) telah megambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu.
(QS. An-Nisa’: 20-21)
Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, dan Sa’id ibnu Jubair, bahwa yang dimaksud dengan Mitsaqan Ghalizon : (perjanjian yag kuat) adalah akad pernikahan.
Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Syuyuti dalam Tafsir Jalalain menyebut mitsaq sebagai bentuk taukid, artinya menekanan atau penegasan dari sebuah janji.
Janji adalah komitmen, sedangkan lafal Ghalizon berasal dari kata ghilzh yang artinya kuat, berat, tegas, kokoh.
Pendapat Ibnu Katsir dalam menafsirkan lafal Mitsaqan Ghalizon,
ia mengutip hadis shahih dari Jabir dalam kitab Shahih Muslim yang menyatakan bahwa ketika seorang laki-laki mengambil perempuan dari orang tua-nya dengan maksud dinikahi, berarti laki-laki tersebut telah melakukan perjanjian atas nama Allah sebagaimana ia telah menghalalkan melalui kalimat Allah.
Ulama memahami lafadz mitsaqan pada surat-surat Al-Qur’an, berikut merujuk pada Qs. Al-a’raf :172, Qs Ali Imran: 81, semua membahas tentang mitsaqan (perjanjian), namun tidak ada makna perjanjian yang sangat kuat (Mitsaqan Ghalizon),
selain pada interaksi pernikahan yang ada pada QS. An-Nisa’: 21.
Sederhananya untuk memahami mitsaqan Ghalizon…seperti :
Seorang wanita yang akan kita nikahi…
Adalah seorang wanita yang telah dibesarkan oleh kedua orangtuanya,
Ibu yang mengandungnya, melahirkannya, dan merawatnya hingga ia besar,
Ayahnya yang mencukupi segala kebutuhan nafkah-nya,
Dia dibesarkan, dididik, diajarkan segala kebaikan2 oleh orang tua-nya,
Dia dimanja, tak kurang satu pun kasih sayang,dia dilindungi, dihormati dan dimuliakan oleh kedua orangtuanya,
Dia nyaman dan hidup bahagia,
Bersama kedua orangtuanya,
Lalu … Datanglah kita, dengan tiba2 untuk mengambilnya dari kedua orang tuanya,
✓ Dengan memberikan sejumlah barang (sebagai mahar),
✓ Dan hanya dengan ucapan lafal qobul (nikah) sebagai akad perpindahan si akhwat, dari orang tuanya…menjadi pindah kepada kita, dan menjadi halal kehormatan nya dengan nama Allah.
Maka Lafal akad yang diucapkan oleh laki-laki ketika menikahi perempuan disebut sebagai Mitsaqan Ghalizon, yaitu sebagai perjanjian yang sangat kuat.
Dengan begitu, ada tanggungjawab serta konsekuensi di dalam pengucapan-nya.
Si suami harus sadar ketika ia mengucapkan janji pernikahan tersebut. Dia Harus bisa Memahami tuntutan dan konsekuensinya. Mampu menunaikan amanah yang akan di pikul-nya.
Maka si Suami wajib menafkahi, menjaga, melindungi. Dia harus memuliakan, Menghormati, Menyayangi, Dan tidak menzholimi istrinya.
Si suami pun harus memperlakukan si istri dengan baik, sebagaimana yang dilakukan oleh kedua orang tua nya. Suami juga harus bertanggung jawab secara penuh, Dan memenuhi segala kebutuhan jasmani dan rohani.
Termasuk darah,kehormatan dan nyawa istrinya menjadi tanggung jawab suami.
Inilah mitsaqan Ghalizon … Perjanjian besar yang sangat berat, yang akan di pikul lelaki, setelah dia resmi menyelesaikan ijab dan qobul pernikahan. Setelah ia menjadi suami, sejak saat itu, dia memikul beban n tanggung jawab yang besar, terhadap seluruh kehidupan istrinya.
Karena saat dia menyebut nama Allah, saat dia mengucapkan aqad ijab qobul pernikahan, Maka Allah telah menghalalkan wanita itu untuk nya padahal sebelumnya adalah haram.
Dengan demikian, Berarti dia telah mengambil perjanjian yang amat besar, kepada Allah untuk menanggung semua urusan wanita yang ia nikahi.
Dan jangan lupa…tanggung jawab besar ini, akan kita pertanggung jawabkan kepada Allah di hari kiamat nanti.
Apakah kita telah menunaikan nya dengan sebaik-baiknya,
Atau kita meremehkan dan melalaikan nya.
والله اعلم بصواب.
_______
Ketika Semua Tak Seperti Yang Diharapkan
Kita takkan selamanya mendapatkan apa yang kita inginkan, maka bersabarlah saat harapan tak sesuai dengan kenyataan.
Ikhlaslah bila Allah tiba-tiba mengubah apa yang kita pinta menjadi realita pahit yang tidak bisa di wujudkan, tapi yakini saja, bahwa tak ada kisah yang ditulis oleh Allah
Kecuali… Akan berakhir, dengan meraih kebaikan.
Adakalanya harapan yang sangat kita inginkan, ternyata tak bisa di wujudkan di dalam kehidupan.
Namun itulah hidup… harapan tak selalu harus menjadi kenyataan sehingga kita dituntut untuk menerima semua hal yang akan terjadi pada hidup kita suka ataupun tidak suka.
Kececewaan terhadap takdir,
Hanya Akan Membuat Kita Terpuruk masuk ke Dalam jurang Kesedihan yang sangat dalam.
Pilihannya adalah :
✓ Kita bersabar dan bertahan,
✓ Terus melangkah maju ke depan
✓ Berusaha mengambil ibroh dari perjalanan kehidupan.
# Beriman kepada takdir baik dan takdir buruk.
______
. ” Engkau Kah Sahabat Ku Sesungguhnya ”
Bismillah…
Sahabat ‘Umar bin Khottob pernah berkata :
ما أعطي العبد بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به
“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.”
[Quutul Qulub 2/17]
Sahabat yang saleh selalu :
– akan membenarkan jika kita keliru
– akan selalu menasehati apabila kita melakukan kesalahan
– dia akan datang saat kita membutuhkan pertolongan
– dia akan ulurkan tangannya saat kita terhempas
– dia akan menghibur dan menyenangkan kita, saat kita sedih dan terhimpit
– dan dia akan mencintai kita, karena keimanan yang ada di hati kita.
Inilah sahabat yang sesungguhnya, bukan hanya sahabat saat bersenang-senang saja atau sahabat yang memuji karena basa-basi saja.
حَدَّثَنَا يُونُسُ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي
Telah menceritakan kepada kami Yunus telah menceritakan kepada kami Fulaih dari Abdullah bin Abdurrahman dari Sa’id bin Yasar dari Abu Hurairah, dia berkata :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Bersabda : “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla berfirman
: ‘Dimanakah hari ini, orang-orang yang saling menciantai karena Aku, Aku akan lindungi mereka pada hari yang tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Ku.'”
(HR. Ahmad no 1801).
✓ Persahabatan yang dibangun diatas iman, karena Allah, adalah tali persahabatan yang kokoh dan kekal sampai hari kiamat nanti
✓ Persahabatan yang dibangun karena cinta kepada Allah, akan menjadi sebab mendapat pertolongan dari Allah di Padang Mahsyar nanti
✓ Jika kita, menemukan seorang sahabat, yang mencintai kita karena Allah, sebaiknya mintalah kepadanya,
agar merubah status persahabatan ini, Dan menaikkan levelnya agar lebih tinggi lagi, yaitu agar menjadi pasangan hidup kita saja, karena Ketika dia menjadi sahabat saja, begitu banyak keutamaan yang kita dapatkan,
Apalagi jika dia bisa menjadi pendamping kita.
# Bersemangat lah dalam berbuat kebaikan, semoga Allah mudahkan kita semua.
____
Sahabat… Inilah Manhaj Salaf,… Kemarilah
Bismillah…
Sudah menjadi ketetapan Allah Ta’ala bahwa setiap para Nabi yang di utus, maka akan Allah adakan baginya orang-orang yang menjadi pengikut setianya, yang akan menemani nya, yang akan menjaga dan membelanya, dan yang akan terus berdakwah mewarisi agama ini kepada generasi berikutnya, dan mereka adalah para sahabat Nabi.
Dan mereka adalah umat yang terbaik bagi nabi tersebut.
Lihatlah rekam jejak mereka…bersama nabi mereka,
– Umat Nabi Nuh yang terbaik adalah mereka yang ikut serta naik kedalam perahu bersama Nabi Nuh…
– Umat Nabi Musa terbaik adalah mereka yang menyebrangi laut merah bersama Nabi Musa…
– Umat Nabi Isa terbaik adalah mereka yang membela dan melindungi Nabi Isa dari gangguan orang-orang yang memusuhinya…
– Begitu pula Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Umat terbaik beliau yaitu para Sahabat Nabi ridhwanullah ‘alaihim ajma’in dari kalangan Muhajirin dan Anshor.
Para Sahabat Nabi sebagai umat yang terbaik disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya :
خَيْرَ أُمَّتِي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya),
lalu orang-orang yang setelah mereka”.
(Shahih Al-Bukhari, no. 3650).
Yang dimaksud sebaik-baik umatku pada masaku dalam hadits diatas adalah
1. para Sahabat Nabi,
2. Di tambah generasi selanjutnya yaitu Tabi’in 3. Dan generasi selanjutnya yaitu Tabi’ut tabi’in.
Itulah generasi terbaik dari umat Islam.
Tiga generasi terbaik diatas, adalah orang-orang yang paling baik,
paling selamat,
paling mengetahui dan paling benar dalam memahami Islam.
Mereka juga adalah para pendahulu dari umat Islam yang memiliki keshalihan yang paling tinggi (mereka lah yang disebut : Salafus shalih).
Karenanya, sudah merupakan kemestian dan keharusan bila kita menginginkan pemahaman dan pengamalan Islam yang benar dan selamat,
Maka kita harus merujuk dan mengikuti pemahaman dan cara beragama mereka,karena mereka adalah tiga generasi terbaik umat Islam,
Karena Mereka lah yang :
✓ Yang langsung mengambil agama Islam langsung dari sumbernya, yaitu dari nabi ‘alaihi sholatu wasallam
✓ Mereka lah orang yang di bimbing dan diajarkan Islam secara langsung oleh nabi
✓ Karena pada mereka lah ayat-ayat al – qur’an itu di turunkan,
✓ Dan bahasa Al-qur’an, menggunakan bahasa mereka, makanya mereka sangat fasih dan faham, akan makna dan tafsir ayat2 Al-qur’an.
✓ Dan Allah telah merekomendasi akan kebaikan agama mereka, dengan menyebut mereka, di dalam Al-Qur’an.
Mereka inilah, yang dinamakan para salaf, yaitu para pendahulu umat ini (salaf = pendahulu, yang terdahulu).
Maka mengikuti manhaj beragama mereka (mengikuti manhaj salaf),
adalah sebaik-baik jalan dalam beragama dan inilah jalan yang paling selamat bagi kita, daripada mengikuti firqoh2 sesat dan menyimpang yang sekarang ini mulai berani mendakwahkan kesesatan mereka.
Sebagaimana telah dijelaskan nabi, bahwa umat Islam ini pasti akan berpecah-belah (menjadi beberapa firqoh),
Maka Nabi menyebutkan solusi apabila perpecahan itu telah terjadi, yaitu agar kita semua,kembali kepada Islam yang murni, Islam yang diamalkan para salaf terdahulu,
Yaitu kembali kepada Al – Jama’ah (para sahabat nabi),sebagaimana disebutkan nabi di dalam sebuah hadits :
مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ
{ Yaitu… (kembalilah kepada ajaran)…yang mana aku dan para Shahabat ku berada diatas ajaran itu }
NB : – makna jama’ah di atas adalah untuk para sahabat nabi, mereka di sebut oleh nabi sebagai Al – jama’ah…
Tidak seperti pengakuan mereka bahwa kelompok mereka adalah jama’ah inilah, jama’ah itulah, atau jama’ah2 yang lainnya, yang pada hakekat aslinya ajaran praktek beribadah jama’ah mereka malah banyak sekali menyelisihi ajaran nabi.
Na’udzubillahi min dzalik.
Semoga yang sedikit ini mudah dipahami dan bermanfa’at untuk kita semua.
Dan semoga taufik dan hidayah-Nya tercurahkan kepada kita semua.
Barakallahu fiikum
______
Kukisahkan kepadamu tentang Abu Mihjan Radhiallahu ‘Anhu.
Ditulis dengan tinta emas para ulama Islam, di antaranya Imam Adz Dzahabi dan Imam Ibnul Atsir Rahimahumallah.
Abu Mihjan adalah seorang laki-laki yang sangat sulit menahan diri dari khamr (minuman keras). Beliau sering dibawa kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk diterapkan hukum cambuk (Jild) padanya karena perbuatannya itu. Bahkan Ibnu Jarir menyebutkan Abu Mihjan tujuh kali dihukum cambuk. Tetapi, dia adalah seorang laki-laki yang sangat mencintai jihad, perindu syahid, dan hatinya gelisah jika tidak andil dalam aksi-aksi jihad para sahabat nabi Radhiallahu ‘Anhum.
Hingga datanglah perang Al Qadisiyah yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqash Radhiallahu ‘Anhu melawan Persia, pada masa pemerintahan Khalifah Umar Radhiallahu ‘Anhu. Abu Mihjan ikut andil di dalamnya, dia tampil gagah berani bahkan termasuk yang paling bersemangat dan banyak membunuh musuh. Tetapi, saat itu dia dikalahkan keinginannya untuk meminum khamr, akhirnya dia pun meminumnya. Maka, Sa’ad bin Abi Waqash menghukumnya dengan memenjarakannya serta melarangnya untuk ikut jihad.
Di dalam penjara, dia sangat sedih karena tidak bisa bersama para mujahidin. Apalagi dari dalam penjara dia mendengar suara dentingan pedang dan teriakan serunya peperangan, hatinya teriris, ingin sekali dia membantu kaum muslimin melawan Persia yang Majusi. Hal ini diketahui oleh istri Sa’ad bin Abi Waqash yang bernama Salma, dia sangat iba melihat penderitaan Abu Mihjan, menderita karena tidak dapat ikut berjihad, menderita karena tidak bisa berbuat untuk agamanya! Maka, tanpa sepengetahuan Sa’ad -yang saat itu sedang sakit, dan dia memimpin pasukan melalui pembaringannya, serta mengatur strategi di atasnya-. Beliau membebaskan Abu Mihjan untuk dapat bergabung dengan para mujahidin. Abu Mihjan meminta kepada Salma kudanya Sa’ad yaitu Balqa dan juga senjatanya. Beliau berjanji, jika masih hidup akan mengembalikan kuda dan senjata itu, dan kembali pula ke penjara. Sebaliknya jika wafat (syahid) memang itulah yang dia cita-citakan.
Abu Mihjan berangkat ke medan tempur dengan wajah tertutup kain sehingga tidak seorang pun yang mengenalnya. Dia masuk turun ke medan jihad dengan gesit dan gagah berani. Sehingga Sa’ad bin Abi Waqash memperhatikannya dari kamar tempatnya berbaring karena sakit dan dia takjub kepadanya, dan mengatakan: “Seandainya aku tidak tahu bahwa Abu Mihjan ada di penjara, maka aku katakan orang itu pastilah Abu Mihjan. Seandainya aku tidak tahu di mana pula si Balqa, maka aku katakan kuda itu adalah Balqa.”
Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada istrinya, dan istrinya menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada Abu Mihjan, sehingga lahirlah rasa iba dari Sa’ad kepada Abu Mihjan. Perang usai, dan kaum muslimin menang gilang gemilang. Abi Mihjan kembali ke penjara, dan dia sendiri yang memborgol kakinya, sebagaimana janjinya. Sa’ad bin Waqash Radhiallahu ‘Anhu mendatanginya dan membuka borgol tersebut, lalu berkata:
لا نجلدك على خمر أبدا فقال: وأنا والله لا أشربها أبدا
Kami tidak akan mencambukmu karena khamr selamanya. Abu Mihjan menjawab: “Dan Aku, Demi Allah, tidak akan lagi meminum khamr lagi selamanya!” (Imam Adz Dzahabi, Siyar A’lamin Nubala pada Bab Sirah Umar Al Faruq, 2/448. Darul Hadits, Kairo. Lihat juga Usudul Ghabah-nya Imam Ibnul Atsir. 6/271. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Saudaraku ….
Sangat sulit bagi kita mengikuti dan menyamai Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para sahabat nabi yang mulia, Radhiallahu ‘Anhum.
Tetapi, paling tidak kita -yang penuh maksiat ini- masih bisa seperti Abu Mihjan, walau dia pelaku maksiat namun masih memiliki ghirah kepada perjuangan agamanya, dan ikut hadir dalam deretan nama-nama pahlawan Islam. Semoga Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam deretan para pejuang agama-Nya, mengikhlaskan, dan memberikan karunia syahadah kepada kita. Aamin.
Wallahu A’lam
______
Alangkah Gersangnya Orang Yang Mampu Hidup Bersama Tanpa Rasa Cinta.
Bismillah…
Para ulama adalah orang2 yang dikenal sebagai ahli ibadah. Namun bukan berarti kehidupan keluarga mereka gersang dan kering dari keromantisan cinta.
Bahkan mereka selalu berinteraksi dengan penuh keromantisan.
Dikisahkan…
… Abu Utsman al-Hirri (289H) adalah seorang ulama dari Naisabur. Suatu saat beliau ditanya :“ Wahai Abu Utsman, amalan apa yang engkau harapkan bisa sebagai bekal untuk menghadap Allah, dari apa yang telah engkau lakukan ?”
Abu Utsman lalu berkisah : ” Waktu aku tinggal di ar-Rai, para penduduknya mendesakku agar menikah, namun aku menolaknya.
Setelah itu datanglah seorang wanita yang menyatakan perasaannya : “ Wahai Abu Utsman, aku telah jatuh cinta kepadamu, hingga aku tidak bisa tidur. Dan aku pun memutuskan memohon kepada Allah agar bisa menikah denganmu.”
Aku pun menjawab : “ Engkau masih memiliki ayah ? ”
Wanita itu menjawab, : “ Ya, dia adalah seorang penjahit.”
Akhirnya, aku berjanji akan menikahinya dan ia pun bergembira.
Kemudian dilakukanlah akad nikah dengan para saksinya.
Namun setelah resmi menjadi pasangan sah dan melihat fisiknya, aku akhirnya mengetahui bahwa :
– salah satu mata istriku buta dan
– kakinya pincang,
– serta memiliki wajah amat buruk.
Saat itu aku mengucapkan : “ Ya Allah segala puji bagi-Mu atas apa yang engkau takdirkan kepadaku.”
Abu Utsman bercerita bahwa keluarganya mencela atas keputusannya telah menikahi wanita itu,
: ” Namun aku tetap berusaha membahagiakan wanita itu. Sampai suatu saat ia menginginkan agar aku tetap bersamanya, maka aku rela meninggalkan majelis ku demi untuk menjaga perasaannya.
Kehidupan yang demikian itu, aku jalani hingga 15 tahun dan terkadang aku merasa tersiksa dengan keadaaan demikian.
Namun aku sama sekali tidak pernah mengeluhkan hal itu kepadanya, hingga akhirnya ia wafat.”
Abu Utsman pun menutup kisahnya : “ Maka dari amalanku, yang aku harap bisa menjadi bekal kepada Allah… adalah usahaku untuk menjaga perasaan istri ku.”
(Shifat ash-Shafwah, 4/105, 106).
Abu Utsman al-Hirri adalah ulama yang menjaga shalat dan amalan shalih lainnya. Ternyata ia melihat bahwa amalan yang menolongnya kelak bukanlah hal itu, namun usahanya dalam
– Membahagiakan sang istri.
– Menyenangkan hati istrinya
– Menggembirakan istrinya
– Dan sangat menjaga perasaan istrinya.
Para ahli ibadah begitu amat sangat dalam menjaga perasaan pasangan mereka.
Karena tolok ukur dari kebaikan seorang lelaki di dalam islam adalah orang yang senantiasa mampu untuk selalu berbuat baik kepada istrinya.
Itulah perpaduan sempurna dari aqidah yang kokoh, ilmu yang Haq, dan iman yang menghujam kuat di hati.
# Siapa bilang, orang Sholih itu tak romantis…?
______
Cinta Abadi… Hanya Untuk Kekasih Hati
Bismillah…
Saudaraku, bila kita mencintai pasangan karena kecantikan / ketampanannya, maka yakinlah,kalo anggapan seperti itu akan luntur dikemudian hari.
Bila dahulu rasa cinta tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka suatu saat nanti kekayaannya tidak lagi spektakuler bagi kita.
Bila rasa cinta bersemi karena ia, orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang, maka ada saat dimana kedudukan itu tidak lagi berkilau secerah yang dahulu pernah menyilaukan pandangan kita.
Saudaraku! bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, maka ada baiknya bila anda menguji kadar cinta anda.
– Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya.
– Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda,
– dalam keadaan ompong peyot,
– kulit yang mengeriput,
– pakaiannya compang-camping,
– sedang duduk di rumah gubuk yang reot,
– Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini?
Para ulama’ sejarah mengisahkan,
pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga.
Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi.
Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu.
Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi.
Karena seringnya ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya
: ” bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.”
Dan subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.
Anda bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya benar-benar kesampaian.
Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain.
Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak).
Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna.
Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim.
Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya.
Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha.
Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:
يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya.
Sekarang, hendaknya engkau pilih : Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)
Tidak heran bila nenek moyang kita telah mewanti-wanti agar waspada dari kenyataan ini,di dalam ungkapan yang cukup unik : …”Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.”
Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).”
(Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ
Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).
Dahulu, tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara.
Yang membuat mata ,telinga dan hati kita menjadi buta dan tuli.
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan tetapi setelah hubungan menjadi halal, maka setan malah berusaha membendung badai asmara cinta antara suami dan istri.
Saat itulah, kita mulai menemukan jati diri yang sesungguhnya dari pasangan kita.
Saat itulah kita mulai menyadai bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan.
Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian:
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة 102
“Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
# Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.
# Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya?
Kepada siapakah saya harus menambatkan tali cinta saya?
Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه
“Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه الترمذي وغيره.
“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Maka berikanlah cinta mu pada seseorang, karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia. Itulah cinta yang haqiqi kepada pasangan, yang akan senantiasa bersemi.
Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput.
Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena :
– ke-imanannya,
– amal sholehnya,
– serta akhlaqnya,
agar cintamu itu abadi, sampai hari kiamat nanti.
✓ Tidakkah kita mendambakan dan merindukan sebuah cinta yang senantiasa membersamai kita walaupun kita telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat?
✓ Tidakkah kita mengharapkan seorang kekasih yang senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?
✓ Tidak maukah kita, memiliki kekasih yang terus mendo’akan kebaikan untuk kita,walau kita sudah berpindah jasad ?
Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati.
Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah, tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.
” Yang demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah.
Dan sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta anda pun turut berkurang.
Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku! setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya
: ” Masih kah kita, akan memilih pasangan hidup, secara serampangan dan asal – asalan ?
Wallahu a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.
والله اعلم بصواب
***
_____
Bismillah
Ketika orang cerdas serius mempelajari agama dan ikhlas ia akan mudah memahami agamanya. Ketika orang cerdas terlalu terlalu mempertuhankan kecerdasan nya terlalu mengidolakan kecerdasan nya dia sesat dengan kecerdasannya itu, sehingga AQIDAH orang mukmin adalah apabila ALLAH yang berKATA, ALLAH yang berBICARA, RASULULLAH yang berKATA RASULULLAH yang berBICARA. SAMI’NA WA ATHO’NA, kami DENGAR ya ALLAH langsung kami TAATI. Kami dengar ucapan RASUl langsung kami TAATI ! bukan kami dengar ya ALLAH kami dengar ucapan RASUL, kami ANALISA dulu pake LOGIKA kami analisa dulu pake kecerdasan baru kami ATHONA??
_______
Bismillah
SEGUDANG PAHALA BAGI PENYEBAR SUNNAH
Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin _rahimahullah_ berkata,
“Setiap ada kesempatan untuk menyebarkan sunnah, maka serbarkanlah, niscaya engkau akan meraih pahalanya dan pahala (seperti) yang diraih oleh orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat.”
📚 Sumber : Syarh Riyadhush Sholihin (4/215)
________
✍ Ust. Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc. _hafizhahullah_
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Gabung grup:
https://www.facebook.com/groups/644995079482438/?ref=share
______
. … ” Akhi…Take Me To Jannah” …
Bismillah…
Karena mencintai seorang wanita adalah fithroh nya para lelaki. Dan Kelezatan yang paling manis adalah rasa cinta kepada kekasih hati.
Maka Dengan tulusnya cinta kita, bawalah dia menuju Allah, dan bawalah dia agar bisa masuk surga bersama-sama.
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata :
Al-Mubarrid menyebutkan, dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amr An-Nakha’i, ia berkata:
Di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat beribadah.
Suatu hari dia berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha’.
Dia melihat dari mereka seorang wanita yang berparas rupawan, sehingga wanita itu telah membuatnya jatuh cinta dan kasmaran.
Dan ternyata cintanya pada si wanita cantik itu, tidaklah bertepuk sebelah tangan.
Kemudian sang pemuda mengutus seseorang untuk melamar gadis itu, tetapi apa boleh dikata, si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya.
Meskipun begitu, ternyata cinta keduanya tak bisa langsung dipadamkan bahkan semakin menjadi jadi.
Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, yang bunyinya
: “ Aku telah mengetahui betapa besar perasaan cintamu kepadaku, dan betapa besar pula diri ku,telah di-uji melalui diri mu.
Bila kamu mau, aku akan mendatangimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku.”
Sang pemuda menjawab melalui utusannya
: “Aku tidak setuju dengan kedua duanya,
(إني أخاف إن عصيت ربي عذاب يوم عظيم)الانعام/15
Sungguh aku merasa takut bila aku berbuat maksiat kepada Rabb-ku, dan dari adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar,
Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.”
Ketika pesan itu disampaikan kepada si wanita, dia berkata
: “Walau pun demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah?
Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari pada orang lain.
Semua hamba, sama-sama berhak untuk itu (untuk takut kepada Allah).”
Kemudian wanita itu, meninggalkan semua urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah.
Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda.
Kepada pemuda Sholih yang telah menawan hatinya, yang sangat dia harapkan akan mampu membawanya ke surganya Allah.
Tubuhnya pun mulai kurus karena menahan rindunya, sampai akhirnya, dia pun meninggal dunia karenanya.
Ketika berita itu sampai kepada sang pemuda,
Maka ia pun sering men-ziarahi kubur si wanita pujaan hati-nya,
Dia menangis dan terus menerus mendo’akan wanita itui di setiap hari yang ia lalui.
Suatu waktu dia tertidur di atas kuburan wanita itu, dia pun bermimpi berjumpa dengan wanita itu dengan penampilan yang sangat indah menawan.
Dia pun bertanya : ” Bagaimana keadaanmu ?, Dan apa yang telah engkau dapatkan setelah meninggal ? ”
Dia menjawab : Sebaik-baik cinta…wahai orang yang bertanya, yaitu cinta dari diri mu.
Sebuah cinta yang sungguh telah membawa aku menuju kebaikan.”
Pemuda itu bertanya, : “kalau demikian, kemanakah kau menuju ?”
Dia menjawab : ” Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berujung, Di Surga kekekalan yang dapat ku miliki dan tidak akan pernah rusak selamanya.
Pemuda itu berkata : ” Aku berharap agar engkau selalu ingat kepada ku di sana, sebab aku di sini juga tidak pernah melupakan perasaan ku kepada mu.”
Dia menjawab : ” Demi Allah, aku juga tidak pernah melupakanmu. Dan aku meminta kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu, agar kita nanti bisa dikumpulkan bersama.
Maka, bantulah aku dalam hal ini, dengan kesungguhanmu dalam ber-ibadah.”
Si pemuda bertanya : ” Kapan kah aku bisa melihatmu ?”
Jawab si wanita : ” Tidak akan lama lagi, kau akan datang melihat ku.”
Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadirat-Nya, meninggal dunia.
••••••••••••••••••••••••••
( Sumber: Roudhotul Muhibbin 449-450 ).
Maka , berikanlah rasa cinta dan sayang mu, kepada orang, yang dia akan berusaha sekuat tenaga, agar dia mampu membawa mu masuk ke surganya Allah.
Itulah perasaan cinta yang diperintahkan oleh syariat.
Yaitu Cinta karena Allah.
والله اعلم بصواب
______
Betapa banyak orang yang tadinya sangat mencintai seseorang, lalu dia berbalik menjadi paling membencinya. Atau, yang tadinya begitu membencinya, berbalik mencintainya.
Seringkali manusia tidak berkuasa atas hatinya sendiri. Sangat dipengaruhi oleh banyak hal yang mengitarinya.
Maka, ketika kita membenci seseorang apalagi saudara seiman, carilah hal positif pada orang itu. Atau, saat kita mencintai seseorang, ingatlah dia manusia biasa yang bisa salah dan benar. Cinta tertinggi hanya untuk Allah, Rasul, dan jihad fisabilillah.
_____
Ya Ikhwan… Tahukah Kalian, Mengapa Kita Di Suruh Memilih Dalam Urusan Wanita
Bismillah…
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa jumlah wanita lebih banyak dari pria,
Belum lagi ditambah kemajuan produk teknologi kecantikan,
Dan bermunculannya salon2 perawatan kecantikan, yang tentu saja membuat para wanita semakin berlomba-lomba untuk memepercantik diri mereka…
Jikalau kecantikan wajah dan halus-nya kulit adalah pilihan yang terbaik…
Tentu tak sulit mendapatkan wanita terbaik di zaman ini,
Ketimbang jika dibandingkan seribu tahun yang lalu.
Ternyata tidak…
Tolok ukur kebaikan seorang wanita adalah ada pada kebaikan agama dan akhlaknya.
Wahai jika anda seorang wanita,…
maka sesungguhnya, alangkah banyaknya PR yang harus anda fikirkan ….
Diantaranya…
✓ Suatu hari nanti, akan ada anak laki-laki, yang akan belajar melihat seorang wanita melalui pendidikan anda,
jika anda wanita yang baik, berakhlak baik, mendidiknya dengan baik,
Maka hasilnya…
Anak laki-laki anda akan memuliakan semua wanita…
✓ Adapun anak perempuan anda, akan menjadi seorang wanita seperti apakah dia nantinya…?¿?
Maka semua itu tergantung dari apa yang dia lihat dan dapati dari diri anda ,
Jika anda seorang wanita yang baik, maka sudah pasti dia nanti akan tumbuh kembang menjadi sebaik baik wanita yang menyadari akan kemulian dan harga diri seorang wanita….
Maka ketahuilah, bahwa seorang lelaki…
Dalam memilih wanita pendamping hidupnya,
Ialah agar dapat dijadikan ibu sekaligus teladan bagi anak-anaknya nanti,
Dan bukan mau dijadikan aktris bintang sinetron.
والله اعلم بصواب
______
Lembutkan Lidah Mu Sholihah…Maka Kau Akan Mulia.
Bismillah…
Dan diantara akhlak mulia yang paling utama adalah
lisan yang jujur,
Yang selalu berucap kebaikan,
Yang berlemah lembut,
Dan tidak mudah menyakiti orang
Lidah adalah anggota badan yang benar-benar perlu kita jaga dan kendalikan.
Sesungguhnya lidah adalah penterjemah hati dan pengungkap semua isi hati.
Oleh karena itulah, lurusnya lidah itu berkaitan dengan kelurusan hati dan lurusnya keimanan seseorang.
Diriwayatkan oleh imam Tirmidzi (no. 2407) dari Abu Sa’id Al-Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا
Jika anak Adam memasuki pagi hari sesungguhnya semua anggota badannya berkata merendah kepada lisan,“ bertaqkwalah kepada Allah di dalam menjaga hak-hak kami, sesungguhnya kami ini tergantung kepadamu. Jika engkau istiqamah, maka kami juga istiqamah, jika engkau menyimpang (dari jalan petunjuk), kami juga menyimpang.
(H.R. Tirmidzi, no. 2407;).
Karena semua isi hati ini di ungkapkan melalui lisan,
Dan kesalahan sedikit saja pada lisan, Akan berakibat kerusakan yang fatal.
Maka pentingnya kita agar mampu untuk mengendalikan penggunaannya.
Lihatlah…apa yang mampu diperbuat lisan,
Diantaranya :
– Mampu merusak hubungan persahabatan
– Mampu merusak hubungan antar tetangga dan ukhuwah Islamiyyah
– Mampu merusak hubungan seorang anak dengan orang tua-nya
– Mampu merusak hubungan seorang suami dgn istrinya
– Bahkan mampu merusak hubungan seorang hamba dengan Robb-Nya.
Dan disinilah sebab-sebab kelanggengan sebuah rumah tangga bisa kita raih.
Coba bayangkan…
Jika seorang istri memiliki lisan yang baik, Memiliki suara yang indah…
Lisan yang lembut,
Pandai merayu dan manja,
Pandai bercerita dan bercanda,
Tak pernah membantah dan mengangkat suara di hadapan suaminya, Belom lagi jika dia membaca Al-qur’an dengan suara khasnya…yang merdu nan indah,
Maka suami mana yang tak bahagia, bila didampingi seorang wanita yang seperti ini..???
Sebuah perkara yang mungkin dianggap remeh dan disepelekan sebagian orang,
Tapi ingatlah…
Seorang wanita yang memiliki lisan yang baik, Dan menggunakannya sesuai koridor syariat,
Adalah Termasuk diantara sebaik-baik wanita, karena dia telah mampu menyenangkan suami nya dengan lisannya.
Sungguh, seandainya kita memiliki lisan yang buruk, tak akan pernah mampu mbuat seseorang betah berlama – lama berada di dekat kita.
Maka pelajarilah adab, etika dan ilmu olah lidah.
Mohonlah kepada Allah…agar Allah menganugerahkan lisan yang lembut dan jujur kepada kita semua.
والله اعلم بصواب
______
Jika Belum Terlambat…Maka Pilihlah Dengan Sangat Hati-hati.
Bismillah…
Terikatnya jalinan cinta dua orang insan dlm sebuah ikatan pernikahan adalah perkara yang sangat diperhatikan di dalam syariat Islam yang mulia ini.
Bahkan kita dianjurkan untuk benar-benar serius dalam permasalahan ini dan dilarang menjadikan hal ini sebagai bahan candaan atau main-main.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
ثلاث جدهن جد وهزلهن جد: النكاح والطلاق والرجعة
“Tiga hal yang seriusnya dianggap benar-benar serius dan bercandanya pun masih dianggap serius, yaitu :
nikah, cerai dan ruju.’”
(Diriwayatkan : Al Arba’ah kecuali An Nasa’i)
Hal ini dikarenakan menikah berarti mengikat seseorang untuk dijadikan teman hidup sampai se-umur hidup, insya Allah.
Jika demikian, merupakan salah satu kemuliaan syariat Islam bahwa orang yang hendak menikah diperintahkan untuk berhati-hati, teliti dan penuh pertimbangan dalam memilih calon pasangan hidupnya.
Sungguh sayang, anjuran ini sudah semakin diabaikan oleh kebanyakan kaum muslimin.
Diantaranya :
– Sebagian mereka ada yang terjerumus dalam perbuatan maksiat seperti pacaran lalu menikah.
– Ada juga yang akhirnya menikah karena “hamil duluan”, tanpa memperhatikan lagi bagaimana keadaan agamanya.
– Sebagian lagi memilih pasangannya hanya dengan pertimbangan fisik semata.
Mereka berlomba mencari wanita cantik untuk dipinang.
– Sebagian lagi menikah untuk menumpuk kekayaan.
Mereka pun meminang lelaki atau wanita yang kaya raya untuk mendapatkan hartanya.
Yang terbaik adalah apa yang dianjurkan syariat dalam memilih pasangan hidup dengan menimbang baiknya agama dan akhlaknya.
Setiap muslim tentunya ingin beruntung di dunia dan di akhirat, maka hendaknya terus berjuang untuk mendapatkan calon pasangan yang paling mulia di sisi Allah,
yaitu seorang yang taat kepada aturan agama.
Dari Abu Hatim Al Muzanni radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
إذا جاءَكم مَن ترضَونَ دينَه وخُلقَه فأنكِحوهُ ، إلَّا تفعلوا تَكن فتنةٌ في الأرضِ وفسادٌ
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai
✓ agama dan
✓ akhlaknya,
maka nikahkanlah ia.
Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi.”
(HR. Tirmidzi no.1085).
Perhatikan hadits ini, nabi menyebutkan orang “yang kalian ridhoi…”,
Artinya
Berarti, agama dan akhlak orang itu,
– kita ketahui,
– kita melihatnya
– kita mendengarnya
Sehingga saat dia mengamalkan agamanya dan bermuamalah dengan akhlaknya, Kita sangat yakin dengan dia, bahwa dia orang yang kita ridhoi, dalam kebaikan, dan diatas manhaj yang Haq.
Bukan orang yang cuma janji-janji doang akan hijrah, karena setelah nikah, siapa yang akan menjamin kalo dia akan berubah, dia akan memperbaiki diri. Yang ada malah,kebanyakan sebelum nikah janji akan berubah, setelah menikah justru bertambah parah kelakuannya.
Karena bagaimana mungkin seseorang yang bodoh dengan agamanya,
Bisa dapat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, padahal dia sendiri tidak tahu apa saja yang diperintahkan oleh Allah dan apa saja yang dilarang oleh-Nya?
Karena salah satu tanda orang yang diberi banyak kebaikan oleh Allah adalah orang yang memiliki pemahaman agama yang baik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Orang yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapat kebaikan akan dipahamkan terhadap ilmu agama.”
(HR. Bukhari-Muslim)
NB : Kalo semua janji , akan di tepati , lalu untuk apa, di buat dan di perjual belikan materai Rp.6.000 … ???
والله اعلم بصواب
______
Totalitas Kepada Suami Mu Ya Akhwat
Bismillah…
Para ulama memandang romantika kehidupan suami-istri adalah bagian dari pengamalan Dien (agama) ini. Bahkan tak boleh kering dari bisikan cinta. Mereka selalu romantis kepada pasangannya.
Besarnya Pahala Bagi Istri Yang Totalitas Berkhidmat Kepada Suaminya.
Dikisahkan….
Suatu saat, Asma’ binti Yazid al-Anshariyah datang kepada Rasulullah ﷺ dan bertanya
: “ Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah mengutus Anda untuk laki-laki dan perempuan, maka kami beriman kepadamu dan kami mengikutimu. Dan kami para perempuan terbatasi, berdiam di tempat, penanggung jawab rumah, tempat bagi syahwat para lelaki, serta yang mengandung anak-anak mereka. Sedangkan para lelaki memiliki keutamaan dengan jamaah, menyaksikan jenazah, dan jihad. Jika mereka keluar untuk berjihad, kami menjaga harta-harta mereka dan mendidik anak-anak mereka. Apakah kami memiliki pahala yang sama dengan mereka wahai Rasulullah?”
Rasulullah ﷺ menoleh dan memandang para Sahabatnya yang lain,lantas bersabda
: “Apakah kalian pernah mendengar pertanyaan dari perempuan, yang lebih baik daripada pertanyaan mengenai Dien-nya ini?”
Para Sahabat menjawab : ” Tidak, wahai Rasulullah.”
Rasulullah ﷺ pun mengatakan : “ Pergilah wahai Asma’, ajarilah para wanita
– sesungguhnya ketaatan salah satu dari kalian terhadap suaminya
– dan pencariannya terhadap keridhaan suaminya
– serta mengikuti persetujuannya, Adalah sebanding dengan seluruh apa yang engkau telah sebutkan tadi bagi para laki-laki.”
(Riwayat al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman).
Didikan Rasulullah ﷺ terhadap para Shahabiyah yang demikian itu membuat mereka menjalankan peran sebagai istri dengan semaksimal mungkin.
Para wanita ahli ibadah amat mengerti apa yang harus dilakukan mereka saat berada di hadapan sang suami, di samping beribadah kepada Allah.
Maka…
✓ Perhatikan selalu ketaatan mu kepada suami,
Karena ketaatan kepada suami, adalah sebab mendapat ridho dari suami
✓ Mentaati suami, adalah perkara yang berat, karena harus mengalah dan membuang ego diri, yang tidak semua wanita mampu melakukan hal ini.
✓ Pahala yang sangat besar, disebutkan Rasulullah bagi istri yang mampu mentaati suami pada perkara yang ma’ruf.
Maka berlomba lomba lah menjadi wanita penghuni surga, dengan amalan mentaati suami.
والله اعلم بصواب
.______
Kesederhanaan Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam dalam Masalah Makanan.
Kalau kita memperhatikan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang urusan makanan, kita dapati potret kesederhanaan yang luar biasa dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam urusan makanan, beliau tidaklah berlebih-lebihan dan hanya meminta rizki makanan secukupnya. Hal ini sebagaimana doa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوتًا
“Ya Allah, jadikan rizki keluarga Muhammad berupa makanan yang secukupnya.” (HR. Muslim no. 1055)
Berbeda dengan kita umumnya yang makan 2-3 kali sehari sampai kenyang, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baru merasakan kenyang tiap 2-3 hari sekali. Kondisi ini diceritakan oleh ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan mengatakan,
ما شبع آلُ محمدٍ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ من خبزِ شعيرٍ ، يومَين مُتتابِعَينِ ، حتى قُبِضَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ
“Keluarga Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam tidak pernah merasakan kenyang karena makan roti gandum dalam dua hari berturut-turut, sampai beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.” (HR. Muslim no. 2970)
Dalam riwayat yang lain, kondisi tidak kenyang tersebut berlangsung sampai tiga hari,
مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ قَدِمَ المَدِينَةَ، مِنْ طَعَامِ بُرٍّ ثَلاَثَ لَيَالٍ تِبَاعًا، حَتَّى قُبِضَ
“Keluarga Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam tidak pernah merasakan kenyang karena makan burr (gandum kasar) dalam tiga hari berturut-turut, sampai beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.” (HR. Bukhari no. 6454 dan Muslim no. 2970)
Terkadang, makanan berupa roti gandum tersebut dicampur dengan semacam kuah. Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ’anha mengatakan,
ما شبِعَ آلُ محمدٍ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم من خُبزِ بُرٍّ مَأدومٍ ثلاثةَ أيامٍ حتى لحِقَ باللهِ
“Keluarga Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam tidak pernah merasakan kenyang karena makan roti gandum yang diberi idam (semacam kuah) dalam tiga hari, sampai dia bertemu dengan Allah (wafat).” (HR. Bukhari no. 5423)
Adapun yang dimaksud idam, dijelaskan dalam kamus Al-Mu’jam Al-Wasith,
ما يُسْتَمْرَأُ به الخبز
“sesuatu (makanan atau kuah) yang biasa digunakan untuk membantu menelan roti.”
Terkadang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak makan sama sekali karena memang tidak punya makanan. Dan pada kondisi semacam itu, beliau pun kemudian berpuasa sunnah.
Dari ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
قال لي رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ ، ذاتَ يومٍ يا عائشةُ ! هل عندكم شيٌء ؟ قالت فقلتُ : يا رسولَ اللهِ ! ما عندنا شيٌء قال فإني صائمٌ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku pada suatu hari, “Wahai ‘Aisyah, apakah Engkau memiliki sesuatu (untuk dimakan pagi ini)?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, kita tidak memiliki makanan sedikit pun (untuk dimakan).” Beliau lalu berkata, “Kalau begitu, aku akan puasa hari ini.” (HR. Muslim no. 1154)
Kondisi semacam ini bisa berlangsung berhari-hari hingga sebulan. Hal ini sebagaimana penuturan ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
كَانَ يَأْتِي عَلَيْنَا الشَّهْرُ مَا نُوقِدُ فِيهِ نَارًا، إِنَّمَا هُوَ التَّمْرُ وَالمَاءُ، إِلَّا أَنْ نُؤْتَى بِاللُّحَيْمِ
“Pernah kami melalui suatu bulan yang ketika itu kami tidak menyalakan api sekali pun. Yang kami miliki hanyalah kurma dan air, kecuali ada yang memberi kami hadiah berupa potongan daging kecil untuk dimakan.” (HR. Bukhari no. 6458)
Kemungkinan yang lebih mendekati dari hadits-hadits di atas adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedikit makan bukan karena sengaja ingin diet, akan tetapi karena memang demikian sederhananya rizki yang Allah Ta’ala karuniakan kepada beliau yang banyak sekali hikmah yang bisa kita petik dari hal ini. Di antara indikasinya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, apakah ada makanan? Artinya, kalau ada makanan, tentu akan Nabi makan.
Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan akan berpuasa, tidak lama kemudian, ‘Aisyah diberi hadiah berupa makanan -atau dengan redaksi: seorang tamu mengunjungi ‘Aisyah-.
‘Aisyah berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali, saya pun berkata, “Ya Rasulullah, tadi ada orang datang memberi kita makanan dan aku simpan untukmu.”
Beliau bertanya, “Makanan apa itu?”
Saya menjawab, “Roti khais (yakni roti yang terbuat dari kurma, minyak samin, dan keju).”
Beliau bersabda, “Bawalah kemari.”
Maka roti itu pun aku sajikan untuk beliau. Lalu beliau makan, kemudian berkata,
قَدْ كُنْتُ أَصْبَحْتُ صَائِمًا
“Sungguh dari pagi tadi aku puasa.” (HR. Muslim no. 1154)
Dalam lanjutan hadits di atas, jelas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membatalkan puasanya ketika ada makanan. Kalau maksud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk diet, tentu Nabi tetap melanjutkan puasa meskipun ada makanan. Sehingga sekali lagi, makna yang lebih mendekati dari hadits-hadits di atas adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jarang makan karena keterbatasan dan kondisi ekonomi yang sederhana yang Allah tetapkan untuk beliau, bukan karena sengaja ingin diet demi kesehatan tubuh.
Demikian juga jika kita melihat keterangan para sahabat Nabi yang mereka sangat memahami kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana atsar dari sahabat An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu, dia mengatakan,
ألَسْتُم في طعامٍ وشرابٍ ما شِئْتُم ؟ لقد رأَيْتُ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم وما يجِدُ مِن الدَّقَلِ ما يملَأُ به بطنَه
“Bukankah kalian senantiasa memiliki makanan untuk dimakan dan minuman untuk diminum sesuka kalian? Sungguh aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau tidak mendapati sekedar daql (kurma yang buruk kualitasnya) untuk memenuhi perutnya.” (HR. Muslim no. 2977)
Di sini An-Nu’man bin Basyir menasihati para sahabat untuk senantiasa bersyukur atas kecukupan rizki berupa makanan dan minuman, dengan mengambil ibrah dari kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka jelas sekali dari hadits ini bahwa para sahabat memahami bahwa keadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkadang tidak mendapati makanan atau jarang sekali mendapati perutnya kenyang oleh makanan ini bukan karena beliau bersengaja atau untuk melakukan metode diet atau untuk mempraktekkan gaya hidup sehat tertentu. Andaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersengaja melakukan itu karena mempraktekkan metode diet atau semisalnya, tentu An-Nu’man bin Basyir tidak akan menjadikannya sebagai ibrah.
Dan dari hadits An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu ini juga, kita memahami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan itu semua bukan dalam rangka qurbah (ibadah) dan beliau tidak mengajarkan para sahabatnya untuk memiliki pola makan yang sama seperti beliau. Nyatanya, An-Nu’man bin Basyir mengatakan kepada para sahabat, “Bukankah kalian senantiasa memiliki makanan untuk dimakan dan minuman untuk diminum sesuka kalian?”
Artinya, umumnya para sahabat berkecukupan dalam masalah makanan dan minuman, bahkan mereka makan setiap hari. Tidak sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Andaikan apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam rangka qurbah dan bernilai ibadah atau merupakan pola maka terbaik, maka tentunya para sahabat ridhwanullah ‘alaihim ajma’in sudah berlomba-lomba untuk menirunya.
Sumber: https://muslim.or.id/52404-diet-sehat-ala-rasulullah-1.html
Wallahu a’lam.
_____
Seorang JENIUS, pemenang olimpiade fisika, pernah tampil di kick andy, 24 tahun sudah Doktor, dan sekarang? Menjadi ustadz MANHAJ SALAF. Masyaa Allah. Orang” yang berpikir pasti sepakat ini lah JALAN KEBENARAN.
Ustadz Andy Octavian Latief, S.Si., B.A., M.Sc., PhD hafizhahullah
Profesi: Dosen Fisika, Institut Teknologi Bandung (ITB)
Riwayat Belajar:
Fisika:
– S1: Departemen Fisika, Universitas Indonesia (UI)
– S2: Department of Physics, University of Maryland College Park, US
– S3: School of Physics and Astronomy, University of Birmingham, UK
Ilmu Syar’iy:
– Ma’had Al Ilmi, Yogyakarta
– S1: Kulliyyatusy-Syari’ah, Jami’atul-Ma’rifah al-‘Alamiyyah, KSA
Prestasi & Penghargaan:
– Beasiswa Program PhD University of Birmingham (2014 – 2018)
– Beasiswa Dekan untuk mahasiswa terpilih, Department of Physics, University of Maryland College Park (2010 – 2012)
– Lulusan Terbaik Departemen Fisika, Universitas Indonesia (2010)
– Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia (2007)
– Beasiswa S1 dan Penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia (2006)
– Penghargaan Siswa Terbaik dari Wakil Presiden Republik Indonesia (2006)
– Medali Emas di Olimpiade Fisika Internasional (International Physics Olympiad / IPhO) ke-37, Singapura (2006)
– Medali Perunggu di Olimpiade Fisika Asia (Asian Physics Olympiad / APhO) ke-7, Kazakhstan (2006)
– Predikat High Distinction di Australian National Chemistry Quiz (2004, 2005)
Karya Ilmiah / Buku dalam Ilmu Syar’iy:
1. Dengan Tauhid Masuk Surga Sekeluarga
Kolaborasi dengan tim Indonesia Bertauhid (2015)
2. Negara Berkah dan Makmur dengan Bertauhid
Kolaborasi dengan tim Indonesia Bertauhid (2015)
3. Panduan Islam untuk Tinggal di Luar Negeri
Kolaborasi dengan beberapa alumni Ma’had Al Ilmi Yogyakarta yang sedang/pernah kuliah di LN (2017)
4. Kasyful-Basha’ir fiy Ikhtishari Muqaddimati Syaikhil-Islam fiy Ushulit-Tafsir. (Menyingkap Ilmu dalam Ringkasan Muqaddimah Syaikhul-Islam tentang Ushul Tafsir).